Halim Jadi Bandara Komersial, Pendapatan Tukang Ojek Terkikis
"Secara jumlah penumpang yang ada di bandara memang bertambah, tapi penumpang yang naik ojek malah berkurang. Kalau dulu kan penumpangnya hanya dari karyawan perusahaan yang charter pesawat di sini, tapi kalau sekarang penumpang maskapai komersil harian," ujar dia
Berkurangnya penumpang pengguna ojek, lanjut dia, karena dibukanya moda transportasi lain dari dan menuju bandara tersebut, seperti Damri dan taksi. Adanya kedua moda transportasi ini dianggap malah mengambil penumpang yang biasanya menggunakan ojek.
"Dari dulu taksi memang sudah ada, tapi kalau dulu, taksi tidak mau mengantar penumpang yang jaraknya dekat, makanya penumpang pilih naik ojek. Kalau sekarang cuma ngantar penumpang 1 km juga mereka (taksi) layani," lanjut dia.
Guntur mengatakan, jika dulu dalam sehari dirinya bisa mengangkut rata-rata 10 penumpang per hari, tapi sekarang hanya 6-8 penumpang, itu pun hanya penumpang dengan jarak dekat saja.
"Ya paling 1 penerbangan cuma 1-2 orang penumpang yang naik ojek. Lagi pula, dulu ojek di sini bisa antar penumpang sampai ke Rawamangun, Gambir, malah Cengkareng. Tapi sekarang paling hanya sekitar wilayah Pondok Gede saja, karena yang jarak jauh lebih milih naik taksi," jelas pria yang sejak 1996 menjadi tukang ojek disekitar Bandara Halim.
Dengan berkurangnya penumpang ini diakui Guntur juga mempengaruhi pendapatan pengojek. Jika biasanya para tukang ojek ini mampu mendapatkan uang sebesar Rp 100 ribu per hari, maka pendapatannya menurun menjadi Rp 80 ribu per hari. Itu pun dengan menambah jumlah jam operasional ojek.
"Kalau tadinya kita ngojek selama 8 jam hasilnya sudah cukup, tapi harus sampai 12 jam-16 jam, baru dapat penghasilan yang lumayan cukup. Jadi misalnya saya mulai dari jam 7 pagi, kalau dulu sampai jam 4 sore sudah cukup, kalau sekarang harus sampai jam 8 atau jam 9 malam baru pendapatannya cukup," katanya.
Untuk tarif ojek, sejak dibuka penerbangan komersil, para pengojek menaikan tarif jasa angkutnya. Namun Guntur mengatakan bahwa kenaikanya tidak terlalu besar, hanya sekitar Rp 1.000-Rp 5.000.
"Misalnya kalau ke Rawamangun kita kenakan Rp 30 ribu, sekarang ya paling jadi Rp 35 ribu. Atau ke Gambir tadinya Rp 35 ribu jadi Rp 40 ribu, seperti itu. Tapi itu juga tergantung tawar menawar penumpang sama tukang ojeknya saja," ungkapnya.
Namun kedepannya, dengan rencana penambahan maskapai komersial berjadwal yang akan beroperasi di bandara tersebut diharapkan membawa dampak positif bagi tukang ojek disekitar wilayah tersebut.
"Kan ini baru dari Citilink saja. Mungkin nanti kalau maskapai lain sudah ikut masuk, penumpang pesawat kan jadi semakin ramai, mudah-mudahan juga berimbas ke kita," harap dia.( liputan6.com)




